Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Perkenalkan, nama saya Aan Sulistiawan, saya adalah salah satu Calon Guru Penggerak Angkatan 6 dari SMP N 1 Melinting Kabupaten Lampung Timur Provinsi. Pada kesempatan ini saya akan membuat sebuah artikel yang bertujuan untuk melengkapi tugas modul 1.1.a.8 Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1. Perlu diketahui Modul 1.1 ini membahas tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara.
Pendidikan tidak lepas dari peradaban manusia, mulai dari awal manusia lahir sudah ada sebuah pendidikan, karena sejatinya manusia butuh sebuah pendidikan agar bahagia didunia dan akhirat. Pendidikan di Indonesia sendiri sudah mengalami serangkaian proses perubahan dengan tujuan baik, yakni membawa peradaban Indonesia menjadi lebih baik.
Sebagaimana kita ketahui, pada zaman penjajahan tidak setiap individu mendapatkan pendidikan. Pendidikan diberikan hanya untuk tujuan tertentu dan kalangan tertentu saja. Bagi masyarakat umum hanya diberikan pendidikan sebatas mampu membaca, menulis dan berhitung. Dalam kondisi seperti itu, Ki Hadjar Dewantara memiliki sebuah gagasan dengan mendirikan Taman Siswa.
Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah sebagai contoh, beliau mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kemajuan pendidikan di Indonesia walaupun beliau mengalami berbagai hambatan karena selalu di kecam oleh bangsa penjajah. Beliau juga memiliki pemikiran-pemikiran yang sungguh luar biasa mengenai bagaiman kita seharusnya mendidik seorang anak atau peserta didik.
pendidikan dan pengajaran merupakan satu bagian yang selalu berjalan beriringan dan tidak dapat terpisahkan
menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan memberikan tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. sedangkan pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin.
ki hajar dewantara juga menjelaskan bahwa pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan.
Trilogi Pendidikan merupakan hasil pemikirian Ki Hadjar Dewantara yang menjadi filosofi pendidikan nasional. Trilogo pendidikan tersebut ialah "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani".
Melalui semboyannya yang biasa disebut juga dengan 'Trilogi Pendidikan', Ki Hajar Dewantara telah menunjukkan bagaimana seharusnya guru mendidik muridnya.
Pertama, Ing ngarsa sung tuladha memiliki makna, di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik. Selain mengajar atau mentransfer ilmu, guru harus bisa meberikan teladan kepada siswanya, setidaknya mengenai hal yang diajarkannya. Namun, kenyataannya, di negara kita sekarang masih sering dijumpai guru yang sama sekali tidak menunjukkan sikap yang patut untuk diteladani. Peristiwa pencabulan anak dengan pelaku oknum guru kepada siswinya yang beberapa kali diberitakan media sudah cukup menjadi bukti akan hal tersebut.
Kedua, Ing madya mangun karsa, maksudnya, di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide. Di sini guru harus bisa memberi wawasan pengetahuan kepada siswa-siswinya. Harus dicermati, bahwa mereka harus bisa memberi wawasan bukan hanya membaca ulang apa-apa yang sudah tertera di buku yang dipegang siswa. Atau, malah hanya memberi soal-soal saja dan siswa diminta mengerjakan. Di wilayah ini, sebisa mungkin guru menanamkan pendidikan karakter kepada siswa meskipun tidak secara langsung. Dari materi-materi yang disampaikan pasti ada muatan karakter yang bisa ditunjukkan pada siswa. Nilai-nilai pembangun karakter sangat urgen untuk dimiliki setiap siswa yang merupakan generasi bangsa kita.
Ketiga, Tut wuri handayani, yakni, dari belakang, seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan. Inilah tugas utama guru yang harus pula dilakukan yaitu sebagai motivator. Bagaimana para pendidik bisa menumbuhkan dan merangsang serta mengarahkan setiap potensi yang dimiliki siswa, merupakan hal yang harus difikirkan. Harapannya, mereka dapat memanfaatkan potensinya secara tepat, sehingga lebih tekun dan semangat dalam belajar untuk mengejar cita-cita yang diinginkan.
Trilogi pendidikan ini sangat penting diimplementasikan oleh guru dalam pembelajaran sehari-hari di kelas. Sekarang sudah bukan saatnya lagi guru mengajar hanya sekedar menuntaskan tuntutan kurikulum saja.
inti dari filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah perubahan, pendidikan harus terus bergerak berdasarkan kodrat alam dan kodrat zaman
berikut merupakan kerangka perubahan Ki Hajar Dewantara
yang pertama berkaitan dengan kodrat keadaan yakni kodrat alam dan kodrat zaman
prinsip perubahan melalui asas trikon kontinuitas konvergensi dan konsentris, dan apa yang diharapkan harus berubah adalah budi pekerti bagi anak-anak kita
mari kita perdalam satu persatu
kodrat keadaan, Ki Hajar Dewantara menyampaikan mengingatkan kita semua untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada namun tidak semua yang baru itu baik jadi perlu diselaraskan
Indonesia memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar
dasar pendidikan anak ini berhubungan dengan kodrat alam, yang merupakan yang selalu berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak berada
selain itu juga pasti berkaitan dengan kodrat zaman yang berkaitan dengan perkembangan teknologi dan informasi. artinya setiap anak sudah membawa sifat atau karakter masing-masing jadi kita sebagai guru tidak bisa menghapus sifat dasar tersebut yang bisa kita lakukan adalah menunjukkan dan menuntun mereka agar menebalkan sifat-sifat baiknya. sehingga menutupi atau mengaburkan sifat-sifat jeleknya
selanjutnya ini merupakan prinsip perubahan Ki Hajar Dewantara tiga asas ini dikenal sebagai asas trikon yaitu yang pertama adalah kontinue artinya Pengembangan yang dilakukan harus berkesinambungan dilakukan secara terus-menerus dengan perencanaan yang baik. Suatu kondisi yang baik tidak mungkin dapat dicapai dalam sekali waktu seperti membuat mie instan.
yang kedua adalah konvergen artinya Pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber di luar, Bahkan dari praktik pendidikan di luar negeri.
dan yang ketiga adalah konsentris yang artinya pengembangan Khan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri.
apa yang diharapkan berubah adalah budi pekerti, ki hajar dewantara menyampaikan budi pekerti merupakan keselarasan atau keseimbangan hidup antara Cipta Rasa Karsa dan karya. keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya, sehingga ketika membuat sebuah keputusan yang bertanggung jawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain.
selanjutnya ki hajar dewantara juga mengibaratkan bahwa pendidik adalah sebagai seorang petani.
pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu agar dapat memperbaiki lakunya bukan dasarnya hidup dan tubuhnya itu hal ini dianalogikan seperti seorang petani, petani yang menanam padi misalnya hanya dapat menuntun tumbuhnya padi ia dapat memperbaiki kondisi tanah memelihara tanaman padi memberi pupuk dan air membasmi ulat ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya meskipun pertumbuhan tanaman dapat diperbaiki tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat padi, padi tidak bisa diubah menjadi jagung ataupun tanaman lainnya.
Begitu juga dengan murid tidak ada yang dapat mengubah kodrat alam anak karena anak dilahirkan dengan kodratnya masing-masing dan dasar jiwanya masing-masing.
guru hanya dapat menuntun Bagaimana cara guru menuntun akan membawa pengaruh sangat besar terhadap tubuh kepalanya anak-anak
Yang terjadi sebelum saya mempelajari modul 1.1 dalam materi pelatihan calon guru penggerak iyalah,
Guru sebagai sumber ilmu, jadi guru hanya sekedar melakukan transfer ilmu saja, tanpa melakukan refleksi tentang siswa. Sehingga kegiatan pembelajaran juga masih berpusat pada guru atau teacher centered. Jadi siswa hanya fokus terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Lalu keberhasilan siswa hanya diukur dari hasil yang mereka peroleh selama kegiatan pembelajaran, ini dilihat dari nilai yang diperoleh misalkan dari tugas, ulangan atau lainnya. Jadi siswa yang berhasil adalah siswa dengan nilai yang tinggi atau melampaui ketuntasan minimal belajar. Dan juga siswa yang mampu mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan.
Yang berubah dari pemikiran dan perilaku setelah mempelajari modul ini adalah,
Anggapan bahwa siswa adalah subjek pembelajaran. Siswa perlu diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengungkapkan ide, kreativitas dan berinteraksi dengan lingkungannya demi memperoleh pengalaman2 belajar yang baru. Siswa bukanlah bejana kosong yang bisa diisi dengan berbagai jenis air. Namun siswa memiliki energi potensial yang perlu dirubah. Nah, tugas guru adalah mengubah atau membangkitkan potensi siswa tersebut. Dengan cara menciptakan alat, lingkungan, dan ide untuk mendorong siswa untuk melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan.
Kedua, kegiatan pembelajaran harus menyenangkan. Karena dunia anak adalah dunia permainan, sehingga pembelajaran anak harus menyenangkan. Sehingga kegiatan pembelajaran terasa nyantai dan tidak membebani.
Ke tiga guru adalah penuntun. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
Yang segera saya terapkan agar kelas mencerminkan pemikiran ki hajar dewantara adalah
- Mengidentifikasi kebutuhan siswa, agar saya tahu apa yang ada di dalam pemikiran mereka, apa keginginan mereka, apa kebutuhan mereka dan apa dunia mereka agar saya mudah menetapkan metode pembelajaran
- Berusaha Menjadi guru penuntun atau menjadi guru pamong, agar dapat memberikan arahan dan tuntunan kepada siswa agar mereka tidak kehilangan arah
- Merancang pembelajaran yang menyenangkan, tujuannya untuk membuat siswa nyaman mengikuti pembelajaran. Dalam merancang pembelajaran ini bisa berkolaborasi dengan rekan sejawat ataupun siswa agar tercipta pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
- Menerapkan student center, yakni siswa yang menjadi pusat pembelajaran.
Terimakasih bapak guru hebat sudah menyimak video ini, mudah-mudahan kita semua menjadi pendidik yang bisa menginspirasi untuk siswa-siswa kita. Dan menjadi pendidik yang dirindukan oleh siswa.
Salam guru hebat
Join the conversation