Konsep Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Selamat datang Bapak/Ibu Guru, terimakasih sudah menyempatkan untuk mampir di blog sederhana saya. Mudah-mudahan, sedikit ulasan pada artikel ini bisa bermanfaat.
Artikel kali ini saya buat berdasarkan keikutsertaan saya dalam mengikuti kegiatan Calon Guru Penggerak. Dalam kegiatan tersebut ada bermacam tugas yang harus dikerjakan oleh peserta. Salah satunya 1.1.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 1.1.
Pada tugas ini, peserta diperkenankan membuat sebuah karya seperti karikatur, infografis, video pendek, komik, lagu, puisi, dll untuk menggambarkan pemikiran filosofis KHD sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman baru yang telah peroleh.
Trilogi Pendidikan
Trilogi pendidikan tersebut sering kita dengar bahkan menjadi semboyang di sekolah yaitu. “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”
Dasar Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Menuntun
Inti pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan adalah 'menuntun', dilaksanakan dengan pendidikan yang kolaboratif, kritis, kreatif, inovatif, komunikatif, dan reflektif. Sementara 'selamat dan bahagia' diartikan sebagai wellbeing, yaitu keadaan yang memiliki rasa bahagia, kepuasan, tingkat stres yang rendah, sehat secara fisik dan mental serta menjaga kualitas hidup yang baik.
Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
Pendidik adalah Petani
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidik ibarat petani. Ia dapat memelihara tumbuhnya benih dengan cara mengolah tanah, mengairi, memupuk, dan menghilangkan hama, sehingga tanaman tumbuh subur, berbunga, kemudian berbuah. Maknanya, pendidik dapat mengupayakan tumbuhnya budi pekerti dan pengetahuan anak sebaik-baiknya, dengan menerapkan metode pendidikan. Petani tidak dapat mengubah suatu benih menjadi tanaman lain, maknanya pendidik tidak dapat mengubah anak menjadi bukan dirinya sendiri, tetapi anak mesti tumbuh sesuai potensinya.
Budi Pekerti
Dasar pendidikan Ki Hadjar Dewara tentang budi pekerti, “Budi pekerti, watak, karakter adalah bersatunya ⟮perpaduan harmonis⟯ antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat. Contoh kegiatan yang mampu menuntun tumbuhnya budi pekerti adalah menabuh gamelan dan menenun.
Pendidikan diarahkan untuk meningkatkan citra manusia yang berpendirian teguh untuk berpihak pada nilai-nilai kebenaran
Ekspresi kebenaran itu terpancarkan secara indah dalam dan melalui tutur kata, sikap dan perbuatannya terhadap lingkungan alam, dirinya sendiri, dan sesama manusia
Bermain
Menurut Ki Hadjar Dewantara, salah satu kodrat anak adalah bermain. Bermain dapat menumbuhkan pikiran, perasaan, kemauan, dan tenaga ⟮cipta, rasa, karsa/karya, dan pekerti⟯ pada anak. Sehingga permainan dapat digunakan sebagai salah satu bagian dalam pembelajaran di sekolah. Aplikasinya dalam pendidikan saat ini adalah menerapkan permainan dalam pembelajaran, seperti congklak, gobak sodor, tebak-tebakan, dan kuis.
Bermain merupakan kodrat alami setiap anak. Menyertakan permainan yang memuat unsur kebudayaan lokal, sehingga guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik, fasilitator, dan teman bermain anak.
Pendidikan berpihak pada anak
Ki Hadjar Dewantara menyatakan: "Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk berhamba pada sang anak". Arti kalimat ini adalah pendidikan yang berpihak pada anak, pendidikan yang berpusat pada anak. maksudnya adalah anak sebagai subyek pendidikan, guru mengarahkan anak sesuai potensinya.
Anak diberikan kebebasan berpikir guna mengembangkan bakat, kreativitas, dan kemampuan yang ada dalam dirinya agar tidak terhambat oleh orang lain.
Memberikan kemerdekaan dan kebebasan pada anak, namun bukan kemerdekaan yang leluasa, melainkan, berbatas dan bertanggung jawab.
Join the conversation