Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Koneksi Antarmateri - Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan

3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Perkenalkan, nama saya Aan Sulistiaiwan, biasa dipanggil Pak Aan. Unit kerja di UPTD SMPN1 Melinting, Kab. Lampung Timur. Salah satu peserta pelatihan Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 6.

Pada kesempatan ini, saya membuat artikel Koneksi Antarmateri - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Artikel ini merupakan hubungan antar materi-materi yang telah dipelajari dari paket Modul 1 sampai Modul 3.

Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Guru dapat diakronimkan dari digugu lan ditiru. Istilah ini berasal dari bahasa jawab yang artinya guru adalah sosok yang pantas untik ditiru dan diteladani sifatnya. bukan hanya bertanggung jawab mengajar mata pelajaran yang menjadi tugasnya, melainkan lebih dari itu juga mendidik moral, etika, integritas, dan karakter. Martin Luther King Jr menyatakan, "Intelegence plus character; that is the true goal of education."

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terkenal adalah filosofi Pratap Triloka yang berisi 3 hal pokok yaitu :

  • Ing Ngarso Sung Tuladha, maknanya adalah seorang guru Menjadi teladan Bagi Muridnya.
  • Ing Madya Mangun karsa, maknanya seorang guru menjalin komunikasi yang baik dengan muridnya.
  • Tut Wuri Handayani, maknanya yaitu guru berperan sebagai motor penggerak yang memotivasi serta mendorong muridnya berkembang sesuai potensinya.

Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menjadi sosok yang bisa mengambil keputusan tepat serta berpihak pada murid. Untuk memudahkan seorang guru dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman, seorang guru harus memiliki dan berpedoman pada asas pendidikan yang dikenal sebagai Patrap Triloka. 

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai kebajikan haruslah tertanam pada diri seorang guru. Sebagai Calon Guru Penggerak, ada nilai-nilai yang harus dipegang dan diimplementasikan seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid.

Salah satu nilai kebajikan universal yang menjadi barometer dari nilai-nilai kebajikan yang lain yaitu tanggung jawab, sebuah keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan. Dalam mengambil keputusan yang tepat diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita. Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.

Melalui sikap tanggung jawab dari dalam diri, sebuah keputusan yang kita ambil sudah pasti akan mencerminkan bagaimana prinsip diri kita berdasarkan ketiga prinsip pengambilan keputusan, sehingga akan mendorong terwujudnya Wellbeing dalam ekosistem pendidikan.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Salah satu tujuan kegiatan Coaching yaitu menggali lebih dalam lagi potensi yang dimiliki oleh seorang guru. Melalui proses Coaching akan terjadi pengambilan keputusan yang mengarahkan pada hal-hal positif yang artinya, keputusan yang diambil berpihak pada murid. 

Keterampilan coaching yang harus dimiliki diantaranya adalah mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan memotovasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk terus belajar. Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya.

Kegiatan Coaching yang diberikan fasilitator membantu saya berlatih mengevaluasi pilihan yang saya buat. Apakah keputusan itu sudah berpihak pada siswa, apakah sudah sesuai dengan kebajikan universal, apakah keputusan itu bermanfaat bagi banyak orang, apakah keputusan itu dibenarkan? harus dapat mengetahui dan memahami kebutuhan belajar dan keadaan sosial dan emosional siswa Siswa harus mampu memecahkan masalah mereka sendiri dalam studi mereka sendiri. Dalam hal ini guru sebagai coach adalah seorang guru karena ia menggali potensi siswanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehingga mereka dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk memecahkan masalahnya sendiri.

Untuk membuat keputusan yang baik, keterampilan coaching membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan untuk memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda untuk pengambilan keputusan. Coaching juga mempengaruhi proses belajar siswa, membantu saya dalam membuat keputusan yang tepat yang mempengaruhi lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman dan lingkungan yang nyaman.

Tahap demi tahap proses coaching dari segi tujuan, masalah, rencana aksi dan berisi pertanyaan reflektif, terbuka dan efektif yang bisa menggali potensi coachee pada proses pengambilan keputusan, terutama 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan bisa dijadikan sebagai panduan coach untuk mengarahkan coachee pada pengambilan keputusan yang efektif .

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik.

Dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar siswanya serta mengelola kapasitas sosial dan emosionalnya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.

Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab membutuhkan keterampilan sosial-emosional seperti kepercayaan diri, kesadaran diri (self awarness), kesadaran sosial, dan keterampilan sosial. Oleh karena itu, sangat diharapkan untuk dapat menerapkan diskresi dalam proses pengambilan keputusan, terutama dengan mengenali berbagai pilihan dan kemungkinan hasil serta meminimalkan kesalahan dalam proses pengambilan keputusan, terutama masalah dilema etika dimana keduanya sama-sama memiliki nilai kebenaran.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Sebagai pemimpin pembelajaran, pendidik harus mampu melihat masalah yang dihadapinya, apakah itu dilema etika atau bujukan moral.

Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai pendidik yang inovatif, kolaboratif, mandiri, dan reflektif dapat membimbing peserta didik dalam mengambil keputusan dan mengenali potensi dirinya untuk mengatasi tantangan.

Ada berbagai cara untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab yaitu; Pertimbangan prinsip dan langkah-langkah untuk membuat dan menguji keputusan dalam kaitannya dengan masalah yang dihadapi. Jika masalah tersebut dilema etika atau benar VS benar maka, guru perlu melakukan pertimbangan terhadap 4 paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan serta 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Untuk membuat sebuah keputusan yang sempurna dan berdampak dalam terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman, hal pertama yg wajib kita lakukan yaitu mengenali dahulu masalah yang terjadi, apakah masalah itu termasuk dilema etika atau bujukan moral.

Apabila masalah tadi adalah dilema etika, sebelum membuat sebuah keputusan kita wajib menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip & 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan yang kita ambil bisa membangun lingkungan yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman buat murid. Selain itu, dengan menjalankan prinsip among Ki Hadjar Dewantara dan pola pikir Inquiry apresiatif yang diharapkan mampu menjalankan peran-perannya. Menjadi pemimpin pembelajaran, juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh perhatian secara penuh pada komponen pembelajaran. 

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang dialami di lingkungan saya adalah dimana dalam pengambilan keputusan adalah kurang cepat dalam memutuskan langkah yang diambil. Adanya perbedaan cara pandang dalam sebuah kasus yang justru akan mempersulit tercapainya sebuah keputusan yang tepat.

Seperti yang kita ketahui, ada 3 prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking), prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking). Jika kita berpedoman pada 3 prinsip tersebut tentu tantangan-tantangan yang ada akan sedikit jumlahnya dibandingkan apabila kita tidak menggunakan 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran tentunya harus memerdekakan murid. Keputusan seorang guru dalam proses pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan tuntunan yang bisa mengarahkan siswa pada pengembangan potensi, kebebasan berpendapat dan kebebasan mengekspresikan diri dalam proses pembelajaran sehingga mereka mendapatkan kebebasan belajarnya.

Dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul 3.1, pengambilan keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru adalah pemimpin pembelajaran, oleh karena itu seorang pemimpin pembelajaran harus bisa mengambil keputusan dengan bijaksana. Pengambilan keputusan yang bijaksana memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal, tanggung jawab. Keputusan-keputusan yang diambil tersebut, haruslah berpihak pada murid agar kehidupan masa depan murid dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan. Kehidupan masa depan murid dapat terpenuhi dengan baik.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya dapatkan dalam pembelajaran materi modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dan keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya adalah merupakan satu kesatuan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.

Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada tiga unsur, yaitu nilai-nilai kebajikan universal, bertanggungjawab terhadap segala konsekuensi, serta berpihak pada murid.  Sebagai seorang pemimpin saat mengambil keputusan haruslah berpedoman pada filosofi KHD dengan Pratap Trilokanya, berlandaskan nilai dan peran guru penggerak, berpedoman pada pembelajaran berdiferensiasi, serta sosial dan emosional, serta memiliki keterampilan coaching yang baik dalam menjalankan langkah-langkah pengambilan keputusan.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, tentu seringkali kita menghadapi situasi dimana kita harus mengambil keputusan dimana terdapat nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama memiliki nilai kebenaran, namun saling bertentangan.

Melalui modul ini saya bisa belajar dan memahami materi tentang konsep-konsep yang telah dipelajari di modul ini, yaitu : penerapan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan keputusan sebagai langkah awal dalam penentuan masalah dilema etika atau bujukan moral. Sebuah kasus dikatakan dilema etika apabila (benar lawan benar), sedangkan dikatakan bujukan moral apabila (salah lawan benar). Hal-hal di luar dugaan saya, apabila sebuah kasus sudah dipahami sebagai pelanggaran hukum, maka langkah-langkah pengambilan keputusan tidaklah perlu dilanjutkan karena hal itu sudah melewati uji legal (hukum) yang menyatakan kasus tersebut adalah benar lawan salah (bujukan moral).

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelumnya saya pernah menerapkan pengambilan keputusan. Keputusan yang saya buat saat itu sering kali didasarkan pada intuisi saya, nilai-nilai saya, dan pertimbangan saya terhadap orang lain.

Setelah saya selesai mempelajari modul ini, ternyata sebuah kasus dilema etika perlu diselesaikan dengan langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan , agar apa yang diputuskan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari modul ini, kita sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan tidak boleh hanya berpandangan bahwa kita memiliki otoritas dan dapat mengontrol siswa secara penuh. Tetapi keputusan yang kita ambil harus berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, tanggungjawab, dan berpihak pada murid. Keputusan yang diambil dapat melalui langkah-langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan. 

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Saya percaya bahwa pengetahuan tentang pengambilan keputusan ini sangat penting, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, untuk dapat membuat keputusan yang benar dan efektif. Di mana keputusan yang diambil harus berdasarkan beberapa pertimbangan sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan serta tidak merugikan salah satu pihak yang nanti akan menimbulkan kekacauan. Dengan mempelajari modul ini, diharapkan setiap keputusan yang diambil adalah langkah bijaksana dan paling terbaik untuk jangka panjang bukan hanya jangka menengah.


https://www.gurusiana.id/read/dwisyaefulmujab/article/tugas-31a8-koneksi-antarmateri-modul-31-pengambil-keputusan-berbasis-nilai-nilai-keba-854325

https://www.gurusiana.id/read/hadipurwanto/article/31a8-koneksi-antarmateri-modul-31-672112

https://www.kompasiana.com/channelgurumengajar0728/63e72a2cc3967b46de6dae52/3-1-a-8-koneksi-antar-materi-modul-3-1?page=all#section2

Guru Matematika yang senang ngulik IT. Blog ini bertujuan untuk sharing.

AdBlock Terdeteksi 🚫

Mohon nonaktifkan AdBlock seperti uBlock Origin untuk melanjutkan. Popup ini akan hilang otomatis setelah dimatikan.